Quba Afitour Travel umroh

Madinah, kota suci umat Muslim di seluruh dunia menyimpan berbagai sejarah dan nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam setiap masjid yang berdiri di atas tanahnya. Tak hanya Masjid Nabawi dan Masjid Quba yang menjadi bukti sejarah perjuangan Rasulullah Saw dalam menegakkan ajaran Islam.

Masjid Qiblatain, yang pada awal pembangunannya dinamakan Masjid Bani Salamah, menjadi salah satu tempat yang paling istimewa bagi umat Islam. Pasalnya, masjid ini menjadi saksi ketika Rasulullah Saw mengganti kiblat shalat ke arah Ka’bah di Mekkah dari yang semula menghadap Masjid Al-Aqsha di Palestina.

Masjid yang terletak di Quba dan tepatnya di kawasan buki kecil di daerah Harrah Wabrah tepatnya sebelah utara, Madinah. bernama Masjid Bani Salamah, karena masjid tersebut didirikan atau dibangun di atas bekas rumah Bani Salamah. Masjid yang terletak kurang lebih 7 kilometer dari Masjid Nabawi, adalah salah salah satu masjid yang bersejarah di kota Madinah.

Dari masa ke masa, Masjid Qiblatain telah mengalami pemugaran beberapa kali. Renovasi pertama dilakukan pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman, yakni sekitar tahun 893 Hijriyah atau 1543 Masehi. Renovasi Masjid Qiblatain yang paling signifikan terjadi pada tahun 1987, ketika masa pemerintahan Raja Fahd. Perluasan dan pembaharuan konstruksi dilakukan pada masa itu demi menciptakan kenyamanan para peziarah yang datang. Meski begitu, ciri khas Masjid Qiblatain yang memiliki dua mihrab di dalamnya, yakni yang menghadap Baitul Maqdis dan Masjidil Haram, tidak hilang sama sekali.

Ruang mihrab Masjid Qiblatain memiliki konstruksi geometri ortogonal yang ditegaskan dengan keberadaan menara dan kubah kembar. Kubah utama menandakan arah kiblat utama yang menghadap Masjidil Haram, sedangkan kubah kedua menghadap menunjukkan arah kiblat palsu yang dahulu menjadi arah para umat muslim ketika mengerjakan shalat. Di antara kubah tersebut terdapat garis silang yang menandakan proses perpindahan arah kiblat. sementara, di bawahnya terdapat sebuah miniatur mihrab tua yang menyerupai ruang kubah batu di Yerusalem.

Mihrab yang menghadap Baitul Maqdis tetap dipertahankan demi menjadi penanda bahwa peristiwa berubahnya arah kiblat merupakan titik balik kebangkitan umat muslim yang menegaskan perbedaannya dengan umat-umat sebelumnya.

Terjadinya perpindahan arah kiblat bermula saat itu ketika tepat nya dibulan Rajab tahun 12 Hijriyah, Nabi Muhammad Saw berserta beberapa sahabat shalat Dzhuhur di Masjid Bani Salamah, dan yang menjadi imam adalah Rasulullah sendiri, saat itu ketika Rasullullah berserta jamaah pada dua rakaat pertama arah kiblatnya masih ke Baitul Maqdis di Palestina, kemudian datanglah malaikat Jibril menyampaikan wahyu Allah untuk pemindahan arah kiblat ke Ka’bah yang berada di Mekkah. Wahyu tersebut diturunkan ketika Al-Amin julukan bagi Nabi Muhammad Saw menyelesaikan rakaat kedua.

Untuk menjawab kegundahan Rasulullah atas cemoohan kaum Yahudi tersebut, Allah menurunkan firman-Nya dalam Surat Al-Baqarah ayat 144 yang artinya:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu (Muhammad) menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya, orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram adalah benar dari Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”

Begitu Rasulullah menerima perintah Allah tersebut, beliau dan para sahabatnya langsung berputar arah 180 derajat. Perpindahan arah kiblat tersebut tidak membatalkan shalat atau mengulang shalat dua rakaat sebelumnya

Sumber : muslimobsession.com